BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Guru memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh
sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam
meningkatkan kesempatan belajar bagi
siswanya
dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Pengorganisasian
kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh
para calon guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan
agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti, guru mampu
menyampaikan bahan pelajaran diserap oleh para peserta didik dengan baik. Penciptaan harapan seperti itu
merupakan kajian dari Pengorganisasian kelas. Sebab Pengorganisasian kelas
merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara
kondisi kelas yang memungkinkan para peserta didik mencapai tujuan-tujuan
belajarnya secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran
bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala
latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode
dengan pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala
sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil
pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itu,
selayaknyalah kelas diPengorganisasian dan dikelola dengan secara baik, propfesional, terus
menerus dan berkelanjutan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari
latar belakang diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan pengorganisasian kelas?
2.
Apa
yang dimaksud dengan pengelolaan kelas?
3.
Bagaimana
cara pengelompokan siswa di kelas PKR?
4.
Bagaimana
cara Penataan Ruangan dan pengelolaan kelas PKR?
5.
Bagaimana
cara pemanfaatan Sumber belajar dalam PKR?
1.3. TUJUAN
1.
Untuk
dapat Menjelaskan pengertian dari pengorganisasian kelas.
2.
Untuk
dapat menjelaskan pengertian dari pengelolaan kelas.
3.
Untuk
dapat mendeskripsikan pengelompokkan siswa di PKR.
4.
Untuk
dapat menyusun model cara penataan ruangan dan pengelolaan kelas dalam PKR.
5.
Untuk
dapat Mendekripsikan apa saja yang termaksud sumber belajar dan pemanfaatan
sumber belajar dalam PKR.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
PENGORGANISASIAN KELAS
Pengorganisasian
kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan,
memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas
terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam organisasi kelas adalah
sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan
kreatif (Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970). Organisasi kelas memberi makna penting bagi tercipta dan
terpeliharanya kondisi kelas yang optimal. Pengorganisasian kelas Secara umum dapat dipandang dari dua sudut yaitu
dalam arti sempit (tradisional) yakni kelas dilihat sebatas ruangan tempat
sejumlah murid belajar. Sedangkan dalam arti luas (modern) yaitu suatu
masyarakat kecil dari sekolah yang terorganisisr menjadi unit kerja system belajar
mengajar dengan orientasi pencapaian tujuan.
2.2. PENGERTIAN
PENGELOLAAN KELAS
Dalam
PKR pengelolaan ruang kelas penting untuk dilakukan dengan terencana untuk
mendukung proses pembelajaran. Aktivitas murid dan mobilitas belajar sangat
tinggi. Dimana murid dalam PKR dituntut untuk belajar mandiri, mengerjakan
tugas, mengambil dan mengembalikan bahan belajar, menyimpan alat, melakukan
pengamatan baik secara individual maupun kelompok, semuanya dilakukan secara
terarah dan tidak diawasi guru secara terus menerus. Karena murid harus
melakukan kegiatan sendiri dalam kelas, maka murid-murid tersebut harus akrab
dengan ruang kelasnya. Mereka harus merasa seperti ada dalam rumahnya sendiri,
proses belajar berjalan lancar karena murid telah mengenal ruang kelas dengan
baik, dimana mereka mengambil, mengembalikan,
menyimpan sesuatu yang berkaitan dengan bahan pembelajaran sudah dihafalnya.
Untuk
mendukung kegiatan murid tersebut , maka ruangan kelas harus ditata dengan
sangat baik, agar tercipta suatu lingkungan yang kondusif agar para murid dapat
belajar dengan efektif.
2.3. PENGELOMPOKAN
SISWA
Dalam
pelaksanaan PKR pengelompokkan siswa merupakan suatu keharusan guna menjamin
proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokkan belajar siswa
ini terdapat beberapa cara yang dipilih sesuai dengan kebutuhan. (UNESCO: 1988)
a.
Pengelompokan
siswa atas dasar rombongan belajar.
Dengan cara ini kelas I, II,
III, IV, V, dan VI masing-masing diberlakukan segabai suatu kesatuan. Artinya
bila PKR dilaksanakan di satu ruangan misalnya kelas III, IV, dan V yang di
dalam ruangan itu terdapat tiga kelompok siswa sesuai kelasnya. Pengelompokan
ini lebih bersifat formal sesuai dengan status administratif siswa. Dilihat dari administrasi sangat baik
dalam arti memudahkan guru dalam pencatatan kehadiran, penilaian dan pengaturan
tugas. Namun dilihat dari perlakuan proses pembelajaran cara itu tidak member
ruang bagi pemanfaatan kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain
itu bias juga terjadi kesukaran membangun kebersamaan dalam belajar manakala
pada suatu ketika ada kelas yang siswanya hanya satu orang sedang kelas lainnya
siswanya cukup banyak.
b.
Pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan kemampuan (same ability group).
Dengan cara ini siswa
dikelompokan bukan atas dasar kelas tetapi atas dasar kemampuannya sesuai hasil tes kemampuan atau catatan prestasi sebelumnya.
Berdasarkan hasil tersebut siswa dikelompokan ke dalam siswa kelompok diatas rata-rata, rata-rata, dan dibawah
rata-rata. Untuk melaksanakan pengelompokan tersebut bias diberikan tes
kemampuan umun (TKU) atau yang sejenisnya sejak siswa memasuki SD atau setiap
awal tahun. Bahan belajar yang diberikan bukan dikemas berdasarkan kelas tetapi
atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip belajar tuntas atau “mastery learning”
c.
Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan campuran (mixed ability group).
Dengan cara ini siswa dikelompokan atas dasar bakat dan keterampilan dalam berbagai bidang yang
diperlukan untuk menangani suatu proyek belajar (learning project) misalnya
“pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan menu tertentu”, dan
melakukan suatu percobaan. Dalam suatu kelompok diperlukan sejumlah siswa dengan
berbagai kemampuan, bakat dan minat agar proyek belajar benar-benar dapat
ditangani secara bersama-sama dengan pembatasan tugas sesuai dengan kemampuan,
bakat dan minatnya.
d.
Pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan usia (same age group).
Pengelompokan ini bertolak
dari anggapan dasar bahwa kelompok siswa yang usianya sama memiliki kemampuan
dan kecepatan belajar yang kurang lebih sama. Cara ini nampaknya dapat
digunakan dalam pembentukan kelompok siswa dalam konteks penerapan cara seperti
pada butir pertama. Seperti diketahui bahwa siswa dalam suatu rombongan belajar
atau kelas di SD terdiri atas siswa dalam kelompok usia tertentu misalnya kelas
I terdiri atas siswa berusia 6 - 7 tahun, kelas II berisi siswa berusia 7
- 8 tahun dan seterusnya.
Artinya suatu rombongan belajar dapat dipecah ke dalam kelompok siswa
berdasarkan persamaan usia.
e.
Pengelompokan siswa berdasarkan kompabilitas siswa.
Cara ini bertolak dari
kenyataan bahwa secara social siswa memiliki kelompok atas dasar pertemanan
yang saling menyukai karena sering berangkat bersama, tempat tinggal berdekatan
atau duduk dikelas salalu bersama. Pengelompokan in iterbentuk secara alami.
Secara insidental pengelompokan ini dapat digunakan sesuai kebutuhan
pembelajaran misalnya dalam tugas pembuatan denah tempat tinggal di lingkungan
rukun warga, kampung, desa, atau kompleks perumahan.
f.
Pengelompokan siswa sesuai kebutuhan pembelajaran.
Cara ini digunakan untuk
mendukung pencapain tujuan dari pembelajaran suatu topic dengan model
pembelajaran tertentu. Misalnya dalam simulasi atau bermain peran atau
permainan siswa yang dikelompokan sesuai dengan tugas atau peran yang harus
dilakukan pada saat itu. Demikian juga pada kegiatan ekskursi/karyawisata siswa
dapat dikelompokan sesuai dengan kebutuhan pada saat kegiatan itu. Misalnya ada
yang bertugas mengamati dan mencatat, mewawancara dan mencatat, mengambil foto
dan lain-lain.
Dalam
kondisi pendidikan dasar di Indonesia saat ini yang secara formal terdapat
pengorganisasian siswa atas rombongan belajar atau kelas. Cara pertama
pengelompokan atas dasar kelas merupakan pengelompokan yang bersifat tetap
secara administrative. Sedang cara kedua sampai dengan cara keenam dapat
digunakan secara bergantian sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran.
Dalam penerapan PKR semua cara itu sangat terbuka dan memungkinkan untuk
digunakan. Dengan demikian suasana kelas PKR akan lebih dinamis.
2.4. PENATAAN RUANGAN DAN
PENGELOLAAN KELAS
Pada
umumnya model atau bentuk ruang kelas di SD sama, yaitu persegi. Sebaiknya guru
mengidentikasikan dan mendaftar semua benda yang ada dan menempatkan di ruang
kelas.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a.
Daerah
pajangan
Hasil karya murid
sebaiknya dipajang di tempat yang telah ditentukan guru. Gunakan ruang kelas
yang ada dengan sebaik-baiknya. Guru
dapat menempelkan
karya murid pada bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar.
b.
Kemudahan
bergerak
Kemudahan bergerak
bagi guru dan murid juga perlu dipikirkan. Guru dan murid dapat leluasa
bergerak dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, dari murid ke murid,
dari dan ke tempat sumber belajar tanpa menimbulkan gangguan yang berarti.
c.
Sinar
atau cahaya
Pengaturan tempat
duduk murid harus diperhatikan, pandangan murid jangan menantang matahari.
Sinar atau cahaya akan lebih baik datang dari samping murid-murid. Dan jika
dikaitkan dengan saat belajar murid, yaitu saat menulis atau membaca kena
bayangan maka sinar dari sebelah kiri sangat baik.
d.
Panas
dan ventilasi
Murid jangan duduk di
tempat yang langsung kena sinar matahari. Ventilasi dalam ruang kelas cukup
baik. Bila ada tempat yang kurang kena panas dan lembab, disudut misalnya
berilah perhatian khusus yaitu dengan menyuruh murid membersihkan atau jangan
menaruh barang apapun di sudut itu.
e.
Papan
tulis
1)
Penggunaan
dua papan tulis dalam PKR akan lebih baik.
2)
Papan
tulis yang bisa dipindah-pindah untuk kerja kelompok akan sangat berguna.
3)
Papan
tulis dipasang pada ketinggian yang dapat dijangkau murid.
4)
Jangan
letakkan papan tulis yang menutup jendela atau di tempat yang biasanya murid menjadi silau.
f.
Bangku
dan kursi
Jangan menggunakan
bangku dan kursi yang menjadi satu. Hal ini akan menyulitkan dalam mengatur
bangku dan kursi saat kerja kelompok. Ukuran bangku dan kursi juga harus
disesuaikan dengan ukuran besarnya murid.
g.
Meja
guru
Meja guru diletakkan
di tempat yang memungkinkan guru dapat memandang seluruh murid saat guru duduk.
Tetapi guru yang efektif pasti tidak akan duduk sepanjang waktu dikursinya,
karena ia harus bergerak untuk membantu kegiatan muridnya.
h.
Sudut
aktivitas
Pikirkan tempat sudut
aktivitas, sehingga murid dapat bekerja atau belajar di sudut itu tanpa
mengganggu murid lainnya. Bila perlu buatlah penyekat dari bahan yang
sederhana, misalnya disekat dengan kayu, bambu, daun nipah/sagu.
Contoh sudut
aktivitas.
1)
Sudut
membaca
Sudut ini harus tenang
dan menyenangkan, bila mungkin lengkapilah dengan tikar, kursi, dan bantal
sebagai alas duduk. Murid-murid datang ke tempat ini untuk mencari tempat yang
tenang dan kemudian membaca.
2)
Sudut
IPA
Setiap kelas sebaiknya
punya sudut IPA, karena murid SD mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan kita
harus bias menyalurkannya. Untuk mengisi sudut IPA ini guru dan murid secara
bersama-sama pengumpulkan benda-benda yang menarik perhatian murid. Misalnya
tanaman dalam pot-pot kecil, botol-botol berisi binatang reptil, ikan dalam bak
kaca, biji-bijian dan sebagainya.
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan
ruangan yang lebih kompleks daripada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Untuk itu
yang dilaksanakan alam dua atau tiga ruangan, penataan ruangan dalam hal ini
tempat duduk siswa dapat papan tulis atas dasar kemudahan guru dalam mengelola secara bergilir
kedua atau ketiga ruangan tersebut. Sedangkan penataan ruang untuk PKR dalam
satu ruangan selain pertimbangan kemudahan penanganan atau tiga rombongan
belajar juga pertimbangan pengaturan iklim kelas dan mekanisme interaksi guru-siswa, serta peluang
saling mengganggu.penataan ruangan tidak bisa dipisahkan dari model dasar PKR
yang akan diterapkan
Untuk mewadahi pelaksanaan
prinsip-prinsippengelolaan PKR sebagaimana telah dibahas, dikembangkan contoh
ruangan tiga dengan model interaksi
dan penataan sebagai berikut :
PKR
221 yaitu dua kelas, dua mata pelajaran dan satu ruangan
|
PKR
222 yaitu dua kelas, dua mata pelajaran dan dua ruangan
|
PKR
333 yaitu tiga kelas, tiga mata pelajaran dan tiga ruangan
|
Model
PKR
Dua
kelas-Dua mata pelajaran-Satu ruangan
(Model PKR 221)
(Model PKR 221)
Gambar 1. Model PKR 221
Dalam model PKR 221, guru menghadapi dua kelas,
dalam hal ini kelas V dan kelas VI, untuk mengajar mata pelajaran IPA dengan topik sumber daya alam, dan mata
pelajaran IPS kelas VI dengan topik sumber kekayaan alam. Kedua topik memiliki
saling keterkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dalam satu ruangan.
Dalam menerapkan model ini ikuti petunjuk sebagai
berikut:
1. Pada
kegiatan pendahuluan (10’) pertama berikan
pengantar dan pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulisdibagi
dua. Tuliskan topic dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas V dan VI.
Ikuti dengan langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan ditempuh
selama pertemuan itu (80’) menit
2. Pada
kegiatan inti (60’) berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai untuk
masing-masing kelas. Selama
kegiatan belajar berlangsung adakan pemantapan, bimbingan, balikan sesuai
keperluan dan gunakan keterampilan dasar mengajar yang sesuai.
3. Pada
kegiatan Penutup (10’) terakhir berdirilah di depan kelas menghadapi kedua
kelas untuk mengadakan review atas materi dan kegiatan yang telah dipelajari. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan.
Setelah itu berikan tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan
untuk pertemuan berikutnya atau munhkin juga untuk hari berikutnya.
Denah
pokok ruangan PPKR 221 adalah sebagai berikut:
Model
PKR
Dua
Kelas-Dua mata pelajaran-Dua ruangan
(Model
PKR 222)
Gambar 2. Model PKR 222
Dalam model PKR 222, guru menghadapi dua kelas,
dalam hal ini kelas V dan kelas VI, untuk mengajar mata pelajaran Matematika dengan topik Bangun ruang di kelas V dan mata
pelajaran IPA kelas VI dengan topik Tumbuhan Hijau. Kedua topik tidak memiliki saling keterkaitan.
Proses pembelajaran berlangsung dalam dua
ruangan berdekatan yang terhubungkan dengan pintu.
Dalam menerapkan model ini di ikuti petunjuk sebagai
berikut:
1. pada
kegiatan pendahuluan (10”) pertama satukan murid kelas V dan VI dalam satu
ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan pengarahan umum
seperti dilakukan dalam pendahuluan model PKR 221. bila ternyata tidak mungkin
menyatukan murid kelas V dan kelas VI dalam sau ruangan , gunakan halaman atau
emperan sekolah sambl berdiri/berbaris. Bla cara kedua masih tidak mungkin
biarkan murid kelas V dan VI duduk dalam ruangan asing-masing. Berdirilah,
dipintu penghubung ruang kelas V dan VI. Berikan pengantardan pengarahan umum
secara berselang selang untuk kelas V kemudian kelas VI dan atau sebaliknya.
2. pada
kegiatan inti ( 60’) berikutnya terpakan aneka metode yang sesuai untuk
masing-masing kelas.yang perlu diperhatikan jangan sampai pada saat guru sedang
menghadapi kelas yang satu, kelas yang satu lagi tidak ada kegiatan sehingga
ribut. Atur perpindahan guru dari ruang keruang secara seimbang artinya janga
banyak menggunakan waktu di satu ruang. Ada saat dimana guru berdiri di pintu
penghubung.
3. Pada
kegiatan penutut ( 10’) terakhir berdirilah di pintu penghubung menghadapi
kedua kelas untuk mengadakan review umum mengenai materi dan kegiatan belajar yang baru berlaku.
Sebagai
contoh gunakan denah sebagai berikut:
Model
PKR
Tiga
kelas- Tiga mata pelajaran – Tiga ruangan
(Model
PKR 333)
Gambar 3. Model PKR 333
Dalam Model PKR 333, guru menghadapi tiga kelas, dalam hal ini kelas IV, V,
dan VI, untuk mengajar tiga mata pelajaran yang berbeda. Di kelas IV mata
pelajaran IPS dengan topik penduduk, di kelas V dengan topik makhluk hidup dan
lingkungan, dan di kelas VI matematika dengan topik pecahan. Ketiga topik satu
sama lain tidak ada kaitannya secara langsung. Proses pembelajaran berlangsung
alam tiga ruangan berjejer yang satu sama yang lain terhubungkan dengan pintu
penghubung.
Dalam menerapkan model ini guru perlu mengikuti
petunjuk sebagai brikut :
1. Pada
kegiatan pendahuluan (10’) pertama satukan murid kelas V dan VI dalam satu
ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan pengarahan umum
seperti dilakukan dalam pendahuluan model PKR 221. bila ternyata tidak mungkin
menyatukan murid kelas V dan kelas VI dalam sau ruangan , gunakan halaman atau
emperan sekolah sambl berdiri/berbaris. Bila cara kedua masih tidak mungkin
biarkan murid kelas V dan VI duduk dalam ruangan asing-masing
2. Pada
kegiatan inti (60’) terapkan aneka metode belajar dengan memanfaatkan aneka
sumber belajar yang tersedia. Penggunaan lembar kerja murid (LKM) dan atau
lembar tugas murid (LTM) sangat ianjurkan agar kegiatan belajar murid lebih
bersifat mandiri. Artinya kegiatan belajar murid tidak banyak bergantung pada
hadirnya guru dimuka kelas.
Perlu dicatat, bahwa dalam melaksanakan model PKR 333 guru harus
berpindah-pindah secara teratur antar tiga ruangan. Tidak dapat dihindari karena
terdapat waktu tunggu pada setiap kelas. Hal ini dapat diperkecil dengan
meningkatkan kemandirian belajar murid. Proses saling membimbing atau tutor
sebaya perlu di galakkan. Ada saat dimana guru berdiri di pintu penghubung
untuk memantau kegiatan belajar dalam dua ruangan yang berhubungan.
3. Pada kegiatan penutup (10’) terakhir adalah mereview
untuk dua kelas dengan menempatkan guru di pintu penghubung ruang satu dan dua
atau ruang dua dan tiga. Berikan penguatan dan tindak lanjut untuk dua kelas
itu. Setelah itu guru berpindah ke ruangan yang tersisa. Lakukan kegiatan
penutupan seperti di dua ruangan sebelumnya.
4. Sebagai catatan, memang model PKR 333 termasuk yang
lebih rumit dalam pengelolaannya. Guru dituntut untuk memiliki mobilitas(daya
gerak) pedagogis yang tinggi. Keunggulan model ini terletak pada intensitas
kemandirian belajar setiap kelas dan terbebas dari situasi belajar kelas
lainnya. Adanya aneka sumber belajar akan sangat membantu berjalannya model
ini.
Denah tempat duduk dalam ruangan sebagai berikut:
2.5. PEMANFAATAN
SUMBER BELAJAR
Yang termaksud dalam lingkungan belajar adalah
segala hal yang ada di Sekolah dan diluar sekolah yang memberi suasana dan
dapat digunakan untuk terjadinya proses belajar. Lingkungan belajar ini
memiliki 2 kelompok yaitu:
1.
Pengguna prasarana dan sarana belajar
seperti ruangan, tempat duduk(Meja-kursi atau bangku) dan papan tulis.
2.
Sumber belajar yang mencakup segala
sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat, kepustakaan, dan
hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa dalam belajar.
Sumber
belajar meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Lingkungan
sosial atau manusia antara lain guru, siswa lain, orang tua, dan anggota
masyarakat.
2. Lingkungan
hidup seperti flora dan fauna.
3. Lingkungan
alam seperti tanah, air, udara, awan, hujan.
4. Lingkungan
budaya seperti peralatan, pranata sosial, dan teknologi.
5. Lingkungan
religius seperti kitab suci dan acara keagamaan.
Kelima unsur
lingkungan tersebut berpotensi memberi
stimulus atau rangsangan belajar kepada siswa. Karena itu siswa dapat belajar
dari manusia lain, yakni Guru, siswa lain, orang tua, dan anggota masyarakat
lainnya.
Stimulus yang
dapat diterima:
Dari manusia
lain adalah informasi, petunjuk, nasihat, contoh, teguran, pertanyaan, pendapat,
kritik, pujian, harapan, permintaan, tugas, perintah, pembenaran, dan
keterampilan.Semua sti,ulus itu dapat diterima oleh siswa dengan sengaja atau
secara kebetulan melalui interaksi dalam berbagai situasi seperti di dalam
kelas, di luar kelas, di jalan, dipasar dimana saja dan kapan saja.
Dari lingkungan
hidup flora dan fauna, siswa dapat memperoleh informasi faktual melalui
pengamatan( melihat, mendengar, membau, meraba dan merasa)analisis dan
penyimpulan hasil pengamatan dan analisis.
Dari lingkungan
budaya siswa dapat memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui
partisipasi, peniruan, pembelajaran, pelatihan, adaptasi, pengamatan, analisis,
dan penyimpulan hasil pengamatan
Dari Lingkungan
religius siswa dapat memperoleh keyakinan, keimanan dan ketaqwaan , sikap,
pengetahuan, norma, nilai, moral, semangat melalui partisipasi, pembelajaran,
adaptasi, perenungan, pengajian, ritual atau ibadah.
Dalam
pelaksanaan PKR berbagai sumber belajar harus dimanfaatkan secara optimal untuk
memici, memacu, memilihara, dan meningkatkan proses belajar.
Untuk itu
berbagai metode, dan teknik perlu digunakan untuk mendorong dan memberi
kemudahan siswa sehingga mereka tahu, mau, dan terbiasa belajar dari manusia,
bahan belajar tertulis, bahan belajar terekam, bahan belajar tersiar, alam
sekitar, masyarakat Kebudayaan dan berbagai Teknik.
Teknik yang
digunakan dalam memanfaatan aneka ragam sumber belajar antara lain adalah
sebagai berikut( Gordon: 1992, McGrath dan Noble : 1993, Miller: 1989)
1.
Membaca dan memahami isi bacaan
2.
Bertanya dan mencatat jawaban
3.
Mengamati dan mencatat hasil pengamatan
4.
Mengadakan percobaan dan mencatat proses
dan hasilnya
5.
Berlatih keterampilan
6.
Bersimulasi peran
7.
Berpartisipasi dalam kegiatan
8.
Bekerja dalam kelompok
9.
Berdarmawisata ke tempat bersejarah,
kebun binatang, pabrik
10. Mendengarkan
kaset atau siaran radio
11. Menonton
Video/Film/ Televisi
12. Mengadakan
upacara kenegaraan
13. Mengikuti
Ceramah tamu
14. Mengarang
pengalaman selama libur
15. Mengambar
16. Mengisi
Lembaran Kerja
17. Membuat
Kliping
Dalam pemanfaatan sumber belajar dimaksudkan bukan
hanya untuk membuat siswa sibuk, tetapi harus dirancang dan ditata sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai baik yang merupakan amanat yang
perlu dipenuhi maupun melalui keterlibatan dalam kegiatan tertentu.
BAB
III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pengorganisasian
kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh
para calon guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan
agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal.
Beberapa faktor
yang mempengaruhi perwujudan
pengorganisasian kelas yaitu : Kurikulum, Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah,
Guru,
Murid, dan Dinamika
kelas.
Murid dalam PKR dituntut untuk belajar mandiri,
mengerjakan tugas, mengambil dan mengembalikan bahan belajar, menyimpan alat,
melakukan pengamatan baik secara individual maupun kelompok, semuanya dilakukan
secara terarah dan tidak diawasi guru secara terus menerus. Karena murid harus melakukan
kegiatan sendiri dalam kelas, maka murid-murid tersebut harus akrab dengan
ruang kelasnya.
Pembelajaran Kelas
Rangkap (PKR) berbeda dalam banyak hal dengan perencanaan Pembelajaran Kelas
Tunggal (PKT). Perbedaan tersebut timbul tertutama dalam PKR seorang guru harus
melayani kelompok murid yang lebih beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut
tercermin dari keanekaragaman dalam tingkat, usia, kemampuan, hubungan sosial,
gaya belajar, dan unjuk kerjanya atau penampilan.
3.2. SARAN
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu
guru-guru yang ingin melakukan pembelajaran kelas rangkap di sekolah-sekolah
yang memunkinkan terjadinya pembelajaran kelas rangkap khususnya dapat meranvang model-model pengelolaan PKR
dengan kreatifitas guru yang sangat dibutuhkan. Dan kepada
mahasiswa calon guru SD diharapkan dapat menanamkan dan menerapkan konsep
pembelajaran PKR dalam makalah ini semaksimal mungkin agar tercipta suasana
pembelajaran yang kondusif dan afektif.