Jumat, 14 Maret 2014

Mengorganisasikan dan Mengelola PKR


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  LATAR BELAKANG
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Pengorganisasian kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti, guru mampu menyampaikan bahan pelajaran diserap oleh para peserta didik dengan baik. Penciptaan harapan seperti itu merupakan kajian dari Pengorganisasian kelas. Sebab Pengorganisasian kelas merupakan serangkaian perilaku guru dalam upayanya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan para peserta didik mencapai tujuan-tujuan belajarnya secara efesien atau memungkinkan peserta didik belajar dengan baik.
Di kelaslah segala aspek pembelajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan potensinya, kurikulum dengan segala komponennya, metode dengan pendekatannya, media dengan segala perangkatnya, materi dengan segala sumber belajarnya bertemu dan berinteraksi di dalam kelas. Lebih lanjut hasil pembelajaran ditentukan pula oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh karena itu, selayaknyalah kelas diPengorganisasian dan dikelola dengan secara baik, propfesional, terus menerus dan berkelanjutan.

1.2.  RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas, dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.         Apa yang dimaksud dengan pengorganisasian kelas?
2.         Apa yang dimaksud dengan pengelolaan kelas?
3.         Bagaimana cara pengelompokan siswa di kelas PKR?
4.         Bagaimana cara Penataan Ruangan dan pengelolaan kelas PKR?
5.         Bagaimana cara pemanfaatan Sumber belajar dalam PKR?
1.3.  TUJUAN
1.         Untuk dapat Menjelaskan pengertian dari pengorganisasian kelas.
2.         Untuk dapat menjelaskan pengertian dari pengelolaan kelas.
3.         Untuk dapat mendeskripsikan pengelompokkan siswa di PKR.
4.         Untuk dapat menyusun model cara penataan ruangan dan pengelolaan kelas dalam PKR.
5.         Untuk dapat Mendekripsikan apa saja yang termaksud sumber belajar dan pemanfaatan sumber belajar dalam PKR.

  
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  PENGERTIAN PENGORGANISASIAN KELAS
Pengorganisasian kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam organisasi kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif (Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970). Organisasi kelas memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal. Pengorganisasian kelas Secara umum dapat dipandang dari dua sudut yaitu dalam arti sempit (tradisional) yakni kelas dilihat sebatas ruangan tempat sejumlah murid belajar. Sedangkan dalam arti luas (modern) yaitu suatu masyarakat kecil dari sekolah yang terorganisisr menjadi unit kerja system belajar mengajar dengan orientasi pencapaian tujuan.

2.2.  PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS
Dalam PKR pengelolaan ruang kelas penting untuk dilakukan dengan terencana untuk mendukung proses pembelajaran. Aktivitas murid dan mobilitas belajar sangat tinggi. Dimana murid dalam PKR dituntut untuk belajar mandiri, mengerjakan tugas, mengambil dan mengembalikan bahan belajar, menyimpan alat, melakukan pengamatan baik secara individual maupun kelompok, semuanya dilakukan secara terarah dan tidak diawasi guru secara terus menerus. Karena murid harus melakukan kegiatan sendiri dalam kelas, maka murid-murid tersebut harus akrab dengan ruang kelasnya. Mereka harus merasa seperti ada dalam rumahnya sendiri, proses belajar berjalan lancar karena murid telah mengenal ruang kelas dengan baik, dimana mereka mengambil, mengembalikan, menyimpan sesuatu yang berkaitan dengan bahan pembelajaran sudah dihafalnya.
Untuk mendukung kegiatan murid tersebut , maka ruangan kelas harus ditata dengan sangat baik, agar tercipta suatu lingkungan yang kondusif agar para murid dapat belajar dengan efektif.

2.3.  PENGELOMPOKAN SISWA
Dalam pelaksanaan PKR pengelompokkan siswa merupakan suatu keharusan guna menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokkan belajar siswa ini terdapat beberapa cara yang dipilih sesuai dengan kebutuhan. (UNESCO: 1988)
a.    Pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar.
Dengan cara ini kelas I, II, III, IV, V, dan VI masing-masing diberlakukan segabai suatu kesatuan. Artinya bila PKR dilaksanakan di satu ruangan misalnya kelas III, IV, dan V yang di dalam ruangan itu terdapat tiga kelompok siswa sesuai kelasnya. Pengelompokan ini lebih bersifat formal sesuai dengan status administratif  siswa. Dilihat dari administrasi sangat baik dalam arti memudahkan guru dalam pencatatan kehadiran, penilaian dan pengaturan tugas. Namun dilihat dari perlakuan proses pembelajaran cara itu tidak member ruang bagi pemanfaatan kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain itu bias juga terjadi kesukaran membangun kebersamaan dalam belajar manakala pada suatu ketika ada kelas yang siswanya hanya satu orang sedang kelas lainnya siswanya cukup banyak.

b.   Pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan kemampuan (same ability group).
Dengan cara ini siswa dikelompokan bukan atas dasar kelas tetapi atas dasar kemampuannya sesuai hasil tes kemampuan atau catatan prestasi sebelumnya. Berdasarkan hasil tersebut siswa dikelompokan ke dalam siswa kelompok diatas rata-rata, rata-rata, dan dibawah rata-rata. Untuk melaksanakan pengelompokan tersebut bias diberikan tes kemampuan umun (TKU) atau yang sejenisnya sejak siswa memasuki SD atau setiap awal tahun. Bahan belajar yang diberikan bukan dikemas berdasarkan kelas tetapi atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip belajar tuntas atau “mastery learning”

c.    Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan campuran (mixed ability group).
Dengan cara ini siswa dikelompokan atas dasar bakat dan keterampilan dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu proyek belajar (learning project) misalnya “pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan menu tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Dalam suatu kelompok diperlukan sejumlah siswa dengan berbagai kemampuan, bakat dan minat agar proyek belajar benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama dengan pembatasan tugas sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.

d.   Pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan usia (same age group).
Pengelompokan ini bertolak dari anggapan dasar bahwa kelompok siswa yang usianya sama memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang kurang lebih sama. Cara ini nampaknya dapat digunakan dalam pembentukan kelompok siswa dalam konteks penerapan cara seperti pada butir pertama. Seperti diketahui bahwa siswa dalam suatu rombongan belajar atau kelas di SD terdiri atas siswa dalam kelompok usia tertentu misalnya kelas I terdiri atas siswa berusia 6 - 7 tahun, kelas II berisi siswa berusia 7 - 8 tahun dan seterusnya. Artinya suatu rombongan belajar dapat dipecah ke dalam kelompok siswa berdasarkan persamaan usia.

e.    Pengelompokan siswa berdasarkan kompabilitas siswa.
Cara ini bertolak dari kenyataan bahwa secara social siswa memiliki kelompok atas dasar pertemanan yang saling menyukai karena sering berangkat bersama, tempat tinggal berdekatan atau duduk dikelas salalu bersama. Pengelompokan in iterbentuk secara alami. Secara insidental pengelompokan ini dapat digunakan sesuai kebutuhan pembelajaran misalnya dalam tugas pembuatan denah tempat tinggal di lingkungan rukun warga, kampung, desa, atau kompleks perumahan.

f.     Pengelompokan siswa sesuai kebutuhan pembelajaran.
Cara ini digunakan untuk mendukung pencapain tujuan dari pembelajaran suatu topic dengan model pembelajaran tertentu. Misalnya dalam simulasi atau bermain peran atau permainan siswa yang dikelompokan sesuai dengan tugas atau peran yang harus dilakukan pada saat itu. Demikian juga pada kegiatan ekskursi/karyawisata siswa dapat dikelompokan sesuai dengan kebutuhan pada saat kegiatan itu. Misalnya ada yang bertugas mengamati dan mencatat, mewawancara dan mencatat, mengambil foto dan lain-lain.
Dalam kondisi pendidikan dasar di Indonesia saat ini yang secara formal terdapat pengorganisasian siswa atas rombongan belajar atau kelas. Cara pertama pengelompokan atas dasar kelas merupakan pengelompokan yang bersifat tetap secara administrative. Sedang cara kedua sampai dengan cara keenam dapat digunakan secara bergantian sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Dalam penerapan PKR semua cara itu sangat terbuka dan memungkinkan untuk digunakan. Dengan demikian suasana kelas PKR akan lebih dinamis.

2.4.  PENATAAN RUANGAN DAN PENGELOLAAN KELAS
Pada umumnya model atau bentuk ruang kelas di SD sama, yaitu persegi. Sebaiknya guru mengidentikasikan dan mendaftar semua benda yang ada dan menempatkan di ruang kelas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a.    Daerah pajangan
Hasil karya murid sebaiknya dipajang di tempat yang telah ditentukan guru. Gunakan ruang kelas yang ada dengan sebaik-baiknya. Guru dapat menempelkan karya murid pada bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar.
b.    Kemudahan bergerak
Kemudahan bergerak bagi guru dan murid juga perlu dipikirkan. Guru dan murid dapat leluasa bergerak dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, dari murid ke murid, dari dan ke tempat sumber belajar tanpa menimbulkan gangguan yang berarti.
c.    Sinar atau cahaya
Pengaturan tempat duduk murid harus diperhatikan, pandangan murid jangan menantang matahari. Sinar atau cahaya akan lebih baik datang dari samping murid-murid. Dan jika dikaitkan dengan saat belajar murid, yaitu saat menulis atau membaca kena bayangan maka sinar dari sebelah kiri sangat baik.
d.   Panas dan ventilasi
Murid jangan duduk di tempat yang langsung kena sinar matahari. Ventilasi dalam ruang kelas cukup baik. Bila ada tempat yang kurang kena panas dan lembab, disudut misalnya berilah perhatian khusus yaitu dengan menyuruh murid membersihkan atau jangan menaruh barang apapun di sudut itu.
e.    Papan tulis
1)        Penggunaan dua papan tulis dalam PKR akan lebih baik.
2)        Papan tulis yang bisa dipindah-pindah untuk kerja kelompok akan sangat berguna.
3)        Papan tulis dipasang pada ketinggian yang dapat dijangkau murid.
4)        Jangan letakkan papan tulis yang menutup jendela atau di tempat yang biasanya murid    menjadi silau.
f.     Bangku dan kursi
Jangan menggunakan bangku dan kursi yang menjadi satu. Hal ini akan menyulitkan dalam mengatur bangku dan kursi saat kerja kelompok. Ukuran bangku dan kursi juga harus disesuaikan dengan ukuran besarnya murid.
g.    Meja guru
Meja guru diletakkan di tempat yang memungkinkan guru dapat memandang seluruh murid saat guru duduk. Tetapi guru yang efektif pasti tidak akan duduk sepanjang waktu dikursinya, karena ia harus bergerak untuk membantu kegiatan muridnya.
h.    Sudut aktivitas
Pikirkan tempat sudut aktivitas, sehingga murid dapat bekerja atau belajar di sudut itu tanpa mengganggu murid lainnya. Bila perlu buatlah penyekat dari bahan yang sederhana, misalnya disekat dengan kayu, bambu, daun nipah/sagu.
Contoh sudut aktivitas.
1)        Sudut membaca
Sudut ini harus tenang dan menyenangkan, bila mungkin lengkapilah dengan tikar, kursi, dan bantal sebagai alas duduk. Murid-murid datang ke tempat ini untuk mencari tempat yang tenang dan kemudian membaca.
2)        Sudut IPA
Setiap kelas sebaiknya punya sudut IPA, karena murid SD mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan kita harus bias menyalurkannya. Untuk mengisi sudut IPA ini guru dan murid secara bersama-sama pengumpulkan benda-benda yang menarik perhatian murid. Misalnya tanaman dalam pot-pot kecil, botol-botol berisi binatang reptil, ikan dalam bak kaca, biji-bijian dan sebagainya.
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih kompleks daripada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Untuk itu yang dilaksanakan alam dua atau tiga ruangan, penataan ruangan dalam hal ini tempat duduk siswa dapat papan tulis atas dasar kemudahan guru dalam mengelola secara bergilir kedua atau ketiga ruangan tersebut. Sedangkan penataan ruang untuk PKR dalam satu ruangan selain pertimbangan kemudahan penanganan atau tiga rombongan belajar juga pertimbangan pengaturan iklim kelas dan mekanisme interaksi guru-siswa, serta peluang saling mengganggu.penataan ruangan tidak bisa dipisahkan dari model dasar PKR yang akan diterapkan
Untuk mewadahi pelaksanaan prinsip-prinsippengelolaan PKR sebagaimana telah dibahas, dikembangkan contoh ruangan tiga dengan model interaksi dan penataan sebagai berikut :
PKR 221 yaitu dua kelas, dua mata pelajaran dan satu ruangan

 



PKR 222 yaitu dua kelas, dua mata pelajaran dan dua ruangan
PKR 333 yaitu tiga kelas, tiga mata pelajaran dan tiga ruangan





Model PKR
Dua kelas-Dua mata pelajaran-Satu ruangan
(Model PKR 221)

Gambar 1. Model PKR 221

Dalam model PKR 221, guru menghadapi dua kelas, dalam hal ini kelas V dan kelas VI, untuk mengajar mata pelajaran IPA dengan topik sumber daya alam, dan mata pelajaran IPS kelas VI dengan topik sumber kekayaan alam. Kedua topik memiliki saling keterkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dalam satu ruangan.


Dalam menerapkan model ini ikuti petunjuk sebagai berikut:
1.    Pada kegiatan pendahuluan (10’) pertama berikan pengantar dan pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulisdibagi dua. Tuliskan topic dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas V dan VI. Ikuti dengan langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan ditempuh selama pertemuan itu (80’) menit
2.    Pada kegiatan inti (60’) berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan belajar berlangsung adakan pemantapan, bimbingan, balikan sesuai keperluan dan gunakan keterampilan dasar mengajar yang sesuai.
3.    Pada kegiatan Penutup (10’) terakhir berdirilah di depan kelas menghadapi kedua kelas untuk mengadakan review atas materi dan kegiatan yang telah dipelajari. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan berikutnya atau munhkin juga untuk hari berikutnya.

Denah pokok ruangan PPKR 221 adalah sebagai berikut:
Model PKR
Dua Kelas-Dua mata pelajaran-Dua ruangan
(Model PKR 222)

Gambar 2. Model PKR 222

Dalam model PKR 222, guru menghadapi dua kelas, dalam hal ini kelas V dan kelas VI, untuk mengajar mata pelajaran Matematika dengan topik Bangun ruang di kelas V dan mata pelajaran IPA kelas VI  dengan topik Tumbuhan Hijau. Kedua topik tidak memiliki saling keterkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dalam dua ruangan berdekatan yang terhubungkan dengan pintu.
Dalam menerapkan model ini di ikuti petunjuk sebagai berikut:
1.    pada kegiatan pendahuluan (10”) pertama satukan murid kelas V dan VI dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan pengarahan umum seperti dilakukan dalam pendahuluan model PKR 221. bila ternyata tidak mungkin menyatukan murid kelas V dan kelas VI dalam sau ruangan , gunakan halaman atau emperan sekolah sambl berdiri/berbaris. Bla cara kedua masih tidak mungkin biarkan murid kelas V dan VI duduk dalam ruangan asing-masing. Berdirilah, dipintu penghubung ruang kelas V dan VI. Berikan pengantardan pengarahan umum secara berselang selang untuk kelas V kemudian kelas VI dan atau sebaliknya.
2.    pada kegiatan inti ( 60’) berikutnya terpakan aneka metode yang sesuai untuk masing-masing kelas.yang perlu diperhatikan jangan sampai pada saat guru sedang menghadapi kelas yang satu, kelas yang satu lagi tidak ada kegiatan sehingga ribut. Atur perpindahan guru dari ruang keruang secara seimbang artinya janga banyak menggunakan waktu di satu ruang. Ada saat dimana guru berdiri di pintu penghubung.
3.    Pada kegiatan penutut ( 10’) terakhir berdirilah di pintu penghubung menghadapi kedua kelas untuk mengadakan review umum mengenai materi dan kegiatan belajar yang baru berlaku.

Sebagai contoh gunakan denah sebagai berikut:
Model PKR
Tiga kelas- Tiga mata pelajaran – Tiga ruangan
(Model PKR 333)

Gambar 3. Model PKR 333

Dalam Model PKR 333, guru menghadapi tiga kelas, dalam hal ini kelas IV, V, dan VI, untuk mengajar tiga mata pelajaran yang berbeda. Di kelas IV mata pelajaran IPS dengan topik penduduk, di kelas V dengan topik makhluk hidup dan lingkungan, dan di kelas VI matematika dengan topik pecahan. Ketiga topik satu sama lain tidak ada kaitannya secara langsung. Proses pembelajaran berlangsung alam tiga ruangan berjejer yang satu sama yang lain terhubungkan dengan pintu penghubung.
Dalam menerapkan model ini guru perlu mengikuti petunjuk sebagai brikut :
1.    Pada kegiatan pendahuluan (10’) pertama satukan murid kelas V dan VI dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi. Berikan pengantar dan pengarahan umum seperti dilakukan dalam pendahuluan model PKR 221. bila ternyata tidak mungkin menyatukan murid kelas V dan kelas VI dalam sau ruangan , gunakan halaman atau emperan sekolah sambl berdiri/berbaris. Bila cara kedua masih tidak mungkin biarkan murid kelas V dan VI duduk dalam ruangan asing-masing
2.    Pada kegiatan inti (60’) terapkan aneka metode belajar dengan memanfaatkan aneka sumber belajar yang tersedia. Penggunaan lembar kerja murid (LKM) dan atau lembar tugas murid (LTM) sangat ianjurkan agar kegiatan belajar murid lebih bersifat mandiri. Artinya kegiatan belajar murid tidak banyak bergantung pada hadirnya guru dimuka kelas. Perlu dicatat, bahwa dalam melaksanakan model PKR 333 guru harus berpindah-pindah secara teratur antar tiga ruangan. Tidak dapat dihindari karena terdapat waktu tunggu pada setiap kelas. Hal ini dapat diperkecil dengan meningkatkan kemandirian belajar murid. Proses saling membimbing atau tutor sebaya perlu di galakkan. Ada saat dimana guru berdiri di pintu penghubung untuk memantau kegiatan belajar dalam dua ruangan yang berhubungan.
3.    Pada kegiatan penutup (10’) terakhir adalah mereview untuk dua kelas dengan menempatkan guru di pintu penghubung ruang satu dan dua atau ruang dua dan tiga. Berikan penguatan dan tindak lanjut untuk dua kelas itu. Setelah itu guru berpindah ke ruangan yang tersisa. Lakukan kegiatan penutupan seperti di dua ruangan sebelumnya.
4.    Sebagai catatan, memang model PKR 333 termasuk yang lebih rumit dalam pengelolaannya. Guru dituntut untuk memiliki mobilitas(daya gerak) pedagogis yang tinggi. Keunggulan model ini terletak pada intensitas kemandirian belajar setiap kelas dan terbebas dari situasi belajar kelas lainnya. Adanya aneka sumber belajar akan sangat membantu berjalannya model ini.


Denah tempat duduk dalam ruangan sebagai berikut:


2.5.  PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR
Yang termaksud dalam lingkungan belajar adalah segala hal yang ada di Sekolah dan diluar sekolah yang memberi suasana dan dapat digunakan untuk terjadinya proses belajar. Lingkungan belajar ini memiliki 2 kelompok yaitu:
1.    Pengguna prasarana dan sarana belajar seperti ruangan, tempat duduk(Meja-kursi atau bangku) dan papan tulis.
2.    Sumber belajar yang mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat, kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa dalam belajar.



Sumber belajar meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.    Lingkungan sosial atau manusia antara lain guru, siswa lain, orang tua, dan anggota masyarakat.
2.    Lingkungan hidup seperti flora dan fauna.
3.    Lingkungan alam seperti tanah, air, udara, awan, hujan.
4.    Lingkungan budaya seperti peralatan, pranata sosial, dan teknologi.
5.    Lingkungan religius seperti kitab suci dan acara keagamaan.

Kelima unsur lingkungan tersebut berpotensi  memberi stimulus atau rangsangan belajar kepada siswa. Karena itu siswa dapat belajar dari manusia lain, yakni Guru, siswa lain, orang tua, dan anggota masyarakat lainnya.
Stimulus yang dapat diterima:
Dari manusia lain adalah informasi, petunjuk, nasihat, contoh, teguran, pertanyaan, pendapat, kritik, pujian, harapan, permintaan, tugas, perintah, pembenaran, dan keterampilan.Semua sti,ulus itu dapat diterima oleh siswa dengan sengaja atau secara kebetulan melalui interaksi dalam berbagai situasi seperti di dalam kelas, di luar kelas, di jalan, dipasar dimana saja dan kapan saja.
Dari lingkungan hidup flora dan fauna, siswa dapat memperoleh informasi faktual melalui pengamatan( melihat, mendengar, membau, meraba dan merasa)analisis dan penyimpulan hasil pengamatan dan analisis.
Dari lingkungan budaya siswa dapat memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui partisipasi, peniruan, pembelajaran, pelatihan, adaptasi, pengamatan, analisis, dan penyimpulan hasil pengamatan
Dari Lingkungan religius siswa dapat memperoleh keyakinan, keimanan dan ketaqwaan , sikap, pengetahuan, norma, nilai, moral, semangat melalui partisipasi, pembelajaran, adaptasi, perenungan, pengajian, ritual atau ibadah.
Dalam pelaksanaan PKR berbagai sumber belajar harus dimanfaatkan secara optimal untuk memici, memacu, memilihara, dan meningkatkan proses belajar.
Untuk itu berbagai metode, dan teknik perlu digunakan untuk mendorong dan memberi kemudahan siswa sehingga mereka tahu, mau, dan terbiasa belajar dari manusia, bahan belajar tertulis, bahan belajar terekam, bahan belajar tersiar, alam sekitar, masyarakat Kebudayaan dan berbagai Teknik.
Teknik yang digunakan dalam memanfaatan aneka ragam sumber belajar antara lain adalah sebagai berikut( Gordon: 1992, McGrath dan Noble : 1993, Miller: 1989)
1.         Membaca dan memahami isi bacaan
2.         Bertanya dan mencatat jawaban
3.         Mengamati dan mencatat hasil pengamatan
4.         Mengadakan percobaan dan mencatat proses dan hasilnya
5.         Berlatih keterampilan
6.         Bersimulasi peran
7.         Berpartisipasi dalam kegiatan
8.         Bekerja dalam kelompok
9.         Berdarmawisata ke tempat bersejarah, kebun binatang, pabrik
10.     Mendengarkan kaset atau siaran radio
11.     Menonton Video/Film/ Televisi
12.     Mengadakan upacara kenegaraan
13.     Mengikuti Ceramah tamu
14.     Mengarang pengalaman selama libur
15.     Mengambar
16.     Mengisi Lembaran Kerja
17.     Membuat Kliping
Dalam pemanfaatan sumber belajar dimaksudkan bukan hanya untuk membuat siswa sibuk, tetapi harus dirancang dan ditata sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai baik yang merupakan amanat yang perlu dipenuhi maupun melalui keterlibatan dalam kegiatan tertentu.


BAB III
PENUTUP

3.1.  KESIMPULAN
Pengorganisasian kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perwujudan pengorganisasian kelas yaitu :  Kurikulum, Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah, Guru, Murid, dan Dinamika kelas.
Murid dalam PKR dituntut untuk belajar mandiri, mengerjakan tugas, mengambil dan mengembalikan bahan belajar, menyimpan alat, melakukan pengamatan baik secara individual maupun kelompok, semuanya dilakukan secara terarah dan tidak diawasi guru secara terus menerus. Karena murid harus melakukan kegiatan sendiri dalam kelas, maka murid-murid tersebut harus akrab dengan ruang kelasnya.
Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) berbeda dalam banyak hal dengan perencanaan Pembelajaran Kelas Tunggal (PKT). Perbedaan tersebut timbul tertutama dalam PKR seorang guru harus melayani kelompok murid yang lebih beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut tercermin dari keanekaragaman dalam tingkat, usia, kemampuan, hubungan sosial, gaya belajar, dan unjuk kerjanya atau penampilan.

3.2.  SARAN
Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu guru-guru yang ingin melakukan pembelajaran kelas rangkap di sekolah-sekolah yang memunkinkan terjadinya pembelajaran kelas rangkap khususnya dapat meranvang model-model pengelolaan PKR dengan kreatifitas guru yang sangat dibutuhkan. Dan kepada mahasiswa calon guru SD diharapkan dapat menanamkan dan menerapkan konsep pembelajaran PKR dalam makalah ini semaksimal mungkin agar tercipta suasana pembelajaran yang kondusif dan afektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar